LIMA PESAN RASULULLAH

Tahukah kalian apa yang dialami sahabat Rasulullah ketika akan berpisah dengan kampung halamannya untuk berdakwah ke Yaman????

VALENTINE DALAM ISLAM

Bagaimana hukumnya merayakan valentine dalam islam ?

MANFAAT SALING MEMAAFKAN

Memaafkan adalah sebuah proses perdamaian dengan diri sendiri. Diawali dengan pengakuan akan adanya rasa sakit, seseorang yang memberi maaf justru akan merasa lebih rileks untuk menerima kondisinya.

SABAR

Sabar adalah satu kata yang sering kita ucapkan dan kita dengar, namun tidak mudah untuk kita amalkan dengan sempurna.

MANUSIA MATREALISME

Dunia materialis berpijak pada prinsip bahwa alam raya ada dengan sendirinya dan bersifat kekal, sehingga manusia hanyalah sebagai akibat adanya alam raya, hidup dan matinya tidak memiliki suatu tanggungjawab.

Rabu, 15 Februari 2012

MEREKA YANG MEMBENCI RASUL

Pernah gak kalian disiksa? Diejek? Dihina? Itu semua pernah dialami ole Nabi Muhammad SAW.
Mau tau ceritanya? Mau tahu? Mau Tahu?
Orang-orang musyrik Quraisy mengejeak, menghina, mengolok-olok dan menetertawakan dakwa Rasullulah. Mereka menyebut Muhammad sebagai orang sinting, pendusta, pembohong.
Astagfirullahhal’adzim
Saking bencinya kaum Quraisy mereka berjanji  akan memberikan seorang penyanyi kepada seorang laki-laki yang tidak mendengarkan dakwah Nabi muhammad SAW.
Usaha lain dilakukan kaum Quraisy mereka berjanji  akan  memberikan penawaran. Jika apa yang kamu sembah ternyata lebih baik dari apa yang aku sembah maka aku akan menyemabah apoa yang kamu sembah. Tapi jika apa yang aku sembah ternyata lebih baik dari apa yang kamu sembah maka kau harus menyembah apa yang aku sembah  dan meninggalkan apa yang kamu sembah.
Untuk menjawab itu semua ALLAH SWT menurunkan surat Al-Kafirun yang artinya Katakanlah hai orang-orang  kafir aku tiadak akan menyembah apa yang kamu sembah dan kamu bukan menyembah apa yang kamu sembah dan aku tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.  Dan  kamu tidak pernah pula menjadi penyembah apa yang aku sembah. untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.
Itu semua gangguan dan siksaan yang dialami Rasulullah dalam dakwahnya namun karena iman, ketabahan, ketaatan, dan cintanya pada ALLAH hal tersebut tidak begitu berarti bagi Rasuluulah sehingga kita dapat meneladani sifat Rasulullah tersebut .

Selasa, 14 Februari 2012

DOA


Kalau kata Syahrini ‘Allhamdullilah yaah, SOLSEPATU’, tapi kalau kata orang di kampoeng saya ‘practice without pray is nothing’ yang artinya adalah sesuatuh usaha tanpa do’a hasilnya nihil. Ibarat kata dompet tanpa uang, kosong kan jadinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa do’a itu sangat penting. Bahkan dalam islam sangat dianjurkan berdoa padanya. Seperti firman Allah SWT dalam (Q.S: Al-Mu’min 60)
(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ) -المؤمنون: 60-.
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..” (QS Al-Mu’min 60)
Bahkan takdir sekalipun bisa diubah hanya dengan do’a seperti firman Allah SWT berikut ini:
(لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ، وَلاَ يُزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ) -الترمذي-
“Tidak ada yang mampu menolak takdir Allah kecuali doa”.
Pernahkah teman-teman sekalian berdoa?? tentu saja jawabannya pernah. Apalagi, ketika kita sedang menginginkan sesuatuh pasti do’anya akan lebih rajin dari biasanya. Walaupun demikian, memperbanyak do’a tetap lebih baik daripada meninggalkannya, karena dalil-dalil yang menganjurkan berdoa sangatlah banyak.
Kadang kita berdo’a kepada-Nya tentang jodoh “Ya Allah jika dia jodohku dekatkanlah, jika bukan cek lagi dong Ya Allah mungkin itu salah”. Berhari-hari galau karena doa’anya tak kunjung mendapat jawaban dari Allah. Bahkan, tangisnya pun sampai tak mengeluarkan air mata. “Ya Allah Ya Rabb, jadikanlah rasa sayangku seperti kasih sayang antara Nabi Muhammad SAW dan Siti Khodijah r.a serta jadikanlah rasa rinduku seperti rindu yang selalu mengikat Fatimmah Az Zahro dan Ali Bin Abi Thalib. Jika itu berlebihan cukupkanlah ridhoMU untuk kami”
Sesungguhnya Allah sedang menguji kesabaran kita, ketika kita meminta kesabaran yang lebih maka Allah SWT akan senantiasa memberikan cobaan yang berlimpah untuk kita. Gunanya yang tak lain dan tak bukan hanyalah untuk menguji sejauh mana kesabaran kita. Tapi ingat ! Allah SWT tidak akan menguji kita diluar batas kemampuan makhluknya.
Ketika do’a- do’a kita tidak kunjung dikabulkan oleh-Nya janganlah langsung berhenti berdoa dan marah. Lalu berkata bahwa Allah SWT tidak adil. Yang sebenarnya terjadi adalah, bukannya Allah SWT tidak adil, tapi kita yang tidak sabar menunggu keadilan itu datang. Sesungguhnya Allah SWT maha Adil, Yang Maha Kuasa tidak pernah membelokkan keadilan (Ayub 34:12)
Sesungguhnya tiada do’a yang tidak diijabah oleh Allah SWT, tidak ada do’a yang tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Ketika do’a – do’a kita tak kunjung mendapat jawaban darinya, maka Allah SWT sedang menyeleksi do’a kita, mana yang kita butuhkan mana yang tidak. Karena Allah SWT memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan karena apa yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan tapi apa yang kita butuhkan suatu saat pasti akan kita inginkan.

LIMA PESAN RASULULLAH

Tahukah kalian apa yang dialami sahabat Rasulullah ketika akan berpisah dengan kampung halamannya untuk berdakwah ke Yaman???? Beliau adalah Muadz bin Jabal. Beliau menangis saat berpamitan kepada Rasulullah untuk berangkat berdakwah ke Yaman.

Kemudian Rasulullah SAW berpesan kepada Muadz dan kita semua. Beliau bersabda:

لاَ تَجْزَعْ إِنَّ الْجَزَعَ مِنَ الشَّيْطَانِ يَامُعَاذُ إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَاكُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ يَامُعَاذُ اذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَشَجَرٍ وَمَدَرٍ

Artinya:

"Janganlah bersedih, karena sesungguhnya bersedih itu datangnya dari syaitan. Wahai Muadz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya, dan berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang baik. Wahai Muadz, ingatlah selalu kepada Allah azza wa jalla, baik ketika berada di daerah bebatuan, daerah penuh pepohonan maupun daerah perkotaan."

Dari pesan Rasulullah SAW di atas, ada lima hal yang harus kita lakukan agar dapat menjalani kehidupan ini dengan baik. Dengan kehidupan yang baik kita tentu dapat masuk dalam surga Allah SWT. Amien...

Yang pertama adalah JANGAN BERSEDIH, sedih adalah hal yang wajar apalagi bagi kita remaja. Kita sering mengalami berbagai kesedihan misal dijauhi teman, diputus pacar,kehilangan barang yang disuka dan hal-hal lain yang membuat kita galau. Kesedihan memang hal yang sah-sah saja, namun menjadi tidak wajar jika kita menjadi berlebihan dengan rasa sedih itu. Yang dimaksud berlebihan adalah saat sedang sedih kita menjadi tidak mau pergi bekerja atau ke sekolah, dan menjalani hidup normal hanya karena kehilangan sesuatu atau seseorang yang berharga. Bahkan yang lebih parah jika kita tidak mau shalat dan menyembah Allah. Kesedihan seperti ini yang bisa mendatangkan syaitan.

Karena itu suatu ketika pernah Muadz bin Jabal nampak begitu sedih ketika akan berpisah dengan Rasul dan para sahabat serta harus meninggalkan kota Makkah yang dicintainya, beliau menyatakan bahwa kesedihan datangnya dari syaitan bila hal itu sampai menyebabkan semakin berat langkah Muadz untuk menunaikan tugas. Laa Tajza’ dalam hadits di atas bisa dipahami sebagai tidak sabar terhadap sesuatu yang menimpa yang membuat seseorang menjadi sedih.

Yang kedua BERTAQWA EVERYTIME AND EVERYWHERE , taqwa adalah selalu melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya. Oleh karena itu kita harus bertaqwa pada Allah SWT dalam situasi dan kondisi apapun. Karena ketaqwaan kita pada-Nya merupakan kunci kemuliaan kita di mata-Nya. Bila seseorang telah bertaqwa, maka ia menjadi manusia yang paling mulia sebagaimana Allah SWT berfirman:

يَـآيُّهَا النَّاس اِنَّا خَلَقْـنـاكم مِن ذَكَرٍ اَوْ اُنثَى وَجَعَلنكُم شُعُوبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوا اِنَّ اَكرَمَكُم عِندَ اللهِ اَتقَكمْ اِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari seorang lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS Al Hujurat [49]:13).

Yang selanjutnya adalah MENGHAPUS KEBURUKAN DALAM KEBAIKAN. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Oleh karena itu, wajarlah bila manusia berbuat kesalahan dan dosa. Namun, kita tidak boleh menjadikan kesalahan tersebut sebagai HABIT. Kita dapat menghapuskan keburukan dengan bertaubat secara istiqomah dan mendominasi hidup kita selanjutnya dengan amal baik.

Berikutnya, kita harus BERBUAT ATAU BERAKHLAK BAIK. Dalam kehidupan masyarakat kita harus bersosialisasi dengan baik. Dalam bersosialisasi kita harus berbuat baik pada sesama makhluk Allah SWT. Akhlak yang baik pada diri manusia menjadikan cermin dari keimanan yang sempurna, sehingga amat penting untuk menunjukkan akhlak manusia dihadapan sesama manusia.

Yang terakhir, SELALU BERDZIKIR PADA ALLAH SWT DAN TIDAK LUPA BERSHALAWAT. Dengan berdzikir dan bershalawat kita akan senantiasa dalam lindungan-Nya. Karena dzikir dan shalawat adalah realisasi dari kecintaan kita pada Allah SWT dan rasul-Nya.

Sebagaimana firman Allah swt:

يَآ يُّـهَـا الَّذِين اَمَنُوا اذُكُـرُ اللهَ ذِكرًا كَثِيرُا ...

"Hai orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya"(QS Al Ahzab [33]:41).

Itulah lima pesan yang disampaikan rasulullah yang harus kita ingat dan kita terapkan serta amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan Allah SWT menyertai kita semua. Amien...

MANUSIA MATREALISME


Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga tercurah untuk Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau. Alhamdulillah, semoga Allah senantiasa menunjuki, mengampuni, melindungi dan merahmati kita semua.

Betapa Allah telah menunjuki kita bagaimana menghadapi kehidupan dunia yang semakin hari semakin bergeser menuju titik akhirnya (hari Qiyamat). Demikian pula Allah telah menunjukkan keagungannya dengan berbagai macam ragam kehidupan di muka bumi, dari kehidupan makhluq terkecil sejenis VIRUS, hingga binatang-binatang raksasa yang dinamakan manusia dengan nama DINOSAURUS.

Kemajemukan manusia yang begitu macam ragamnya, dari manusia yang penuh dengan keimanan kepada Allah (para Nabi dan RasulNya) hingga manusia-manusia yang anti bertuhan dan beragama (manusia Materialis Atheis). Yang pada hari ini para pengikut-pengikut keduanya telah berbaur bencampur aduk menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Yang semuanya telah tertulis dalam Al-Qur’an pada kisah Dzulqarnain

Dzulqarnain berkata:”Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”. (QS. 18:98)
Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya. (QS. 18:99)

Semoga Allah senantiasa menunjuki dan melindungi kita ditengah-tengah arus deras manusia-manusia anti agama, yang terus menerus berbuat dengan perbuatan sesuka hawanafsu mereka dan cenderung melampaui batas dan dimurkai oleh Allah.

a. Melepas keyakinan beragama

Dunia materialis berpijak pada prinsip bahwa alam raya ada dengan sendirinya dan bersifat kekal, sehingga manusia hanyalah sebagai akibat adanya alam raya, hidup dan matinya tidak memiliki suatu tanggungjawab, sehingga manusia berhak menciptakan alur kehidupan yang dilakukan dengan membuat aturan-aturan yang disepakati diantara mereka, tanpa merujuk pada hukum-hukum Allah Tuhan semesta Alam, aturan yang universal yang telah ditetapkan oleh Allah atas umat manusia.

Umat beragama, umat Islam dibimbing oleh Allah dengan bimbingan para Nabi dan Rasul-Rasul-Nya, Bahwa Allah Dialah Tuhan pencipta semesta Alam, dzat pencipta segala sesuatu, Dia-lah Yang Kekal, tidak berawal dan tidak berakhir, yang Maha Agung, Maha Perkasa, Maha Bijaksana, Maha Tinggi, Maha Mulia, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dialah yang mengenalkan kepada manusia 99 nama-nama terbaik (asma’ul husna). Dan keberadaan manusia adalah atas kehendak-Nya, dan hidup manusia bertanggungjawab kepada-Nya. Mereka yang ta’at akan hidup bahagia, sedang mereka yang durhaka akan hidup sengsara.

Manusia modern sering terpengaruh oleh kehidupan materialis. Bila seluruh norma-norma agama Islam telah ditinggalkan diabaikan dan biasa diabaikan maka manusia akan masuk kedalam jurang terdalam kehidupan materialis. Dunia tanpa mengenal Allah, dunia penuh dengan kesedihan yang kesusahan jiwa, namun dihibur dengan nikmatnya materi.

Berbagai gaya hidup materialis dapat direkam dan diolah, kemudian disiarkan kembali di tengah-tengah masyarakat luas, sehingga bagi orang-orang yang masih lemah dalam keimanan dan keyakinannya kepada Allah, akan menjadi pengikut setia tata cara hidup materialis. Hidup tanpa ta’at dan tunduk patuh kepada Allah. Hidup tanpa ketaatan kepada agama Allah, Al-Islam.

b.Indahnya beragama Islam.

Manusia yang patuh dengan peraturan-peraturan Allah akan merasakan ketenangan, ketenteraman dan kebahagiaan. Dan semuanya itu berpangkal pada jiwa manusia. Rasa terlindungi, dan terjaga membawa jiwa manusia kepada ketenangan, apalagi yang menjaga adalah dzat pencipta semesta alam.

Ibadah-ibadah yang dituntunkan akan menumbuhkan ketenteraman. Dan sudah menjadi pengalaman yang rutin, setiap kali kegundahan dan kegelisahan datang menyerang jiwa, maka dapat terobati dengan cara beribadah sesuai yang dituntunkan oleh-Nya lewat Rasulullah Muhammad SAW. sehingga membuat manusia semakin yakin akan kelemahan dirinya dan semakin yakin akan kasih sayang Allah kepadanya.

Ketika kepatuhan dan ketundukan dijalani dengan tekun maka berujung pada rasa bahagia. Kesuulitan dalam menahan diri dari segala kesenangan hawa nafsu yang terlarang dalam aturan-aturan Allah, akan membuahkan rasa senang dan bahagia yang tersakan dihati dengan nyata. Luka-luka di jiwa akibat perbuatan nista terobati dengan nikmat-nikmat jiwa setelah memperbanyak amal-amal kebaikan sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Jaminan Allah telah Allah khabarkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, barangsiapa yang akhir kalamnya ketika sakaratul maut adalah kata-kata iman kapada Allah, la ilaha ilallah maka jaminan baginya surga, kehidupan bahagia setelah mati. Suatu kepasrahan dan penyaksian jiwa kepada kebesaran Allah Tuhan sang pemilik dan pencipta semesta Alam.

c. Ujian-ujian dunia yang menggelincirkan

Allah sudah mewanti-wanti pada umat manusia akan bahaya berbagai macam ujian dan godaan bagi umat manusia yang hidup di dunia. Dan sekaligus Allah telah menunjuki jalan-jalan kebahagiaan yang dapat dipelihara oleh tiap-tiap manusia

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (QS. 34:37)

Manusia banyak yang telah terbelenggu dengan kehidupan materialis disebabkan karena amat cintanya kepada kehidupan dunia dan harta benda. Zaman semakin modern semakin pula pola hidup materialis menjadi pola hidup manusia modern. Namun Allah memberi jalan keluar dari kubangan pola hidup materialis itu dengan jalan keluar yang membahagiakan umat manusia

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 64:15)
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 64:16)
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun. (QS. 64:17)

Seandainya umat manusia masih saja berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang sempurna, maka keindahan zaman modern bukan menjadi sebab malapetaka. Namun disebabkan manusia telah mengabaikan ilmu-ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka manusia telah terseret kedalam arus kehidupan materialis yang berujung pada kesengsaraan dunia dan akherat. Manusia terjangkiti dengan kekacauan jiwa, sehingga semakin marak kejadian-kejadian pertikaian, dan perseteruan dan bahkan peperangan.

Mari kita gunakan seluruh potensi diri kita masing-masing untuk kita pinjamkan kepada Allah, untuk menegakkan kebenaran dari Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga arus deras kehidupan materialis tidak akan lagi mempengaruhi kita. Bahkan dengan materi kita yang bertumpuk-tumpuk dapat kita kita tukarkan dengan keselamatan, ketenangan dan ketenteraman serta kebahagiaan di dunia dan di akherat. Semua milik Allah, dan semua kembali kepada Allah, keridhoan Allah-lah yang membawa kita selamat di sisiNya. Wallahu a’lam

SABAR



Sabar adalah satu kata yang sering kita ucapkan dan kita dengar, namun tidak mudah untuk kita amalkan dengan sempurna. Memang sabar telah diperintahkan dalam al-Qur’an maupun hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam dan kenyataan ujian yang selalu dialami manusia dalam kehidupannya di dunia menjadikan sabar (seharusnya) bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Barangkali kita sering mendengar orang berkata, “… tapi sabar khan ada batasnya!” atau “… apa kita harus bersabar terus…?” dan sebagainya. Musibah atau ujian yang demikian bertubi-tubi terkadang menjadi pembenaran atas ucapan tersebut. Namun bagaimanakah sabar yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul?
Kesabaran Nabi Nuh ‘alaihis salam
Nabi Nuh ‘alaihis salam berdakwah mengajak umatnya ke jalan Allah selama 995 tahun secara rahasia dan terang-terangan, malam dan siang hari, memberikan kabar gembira juga ancaman, akan tetapi beliau hanya mendapatkan pembangkangan dari mereka, bahkan pelecehan dan ejekan. Kendati demikian Nabi Nuh tetap berdakwah dalam waktu tersebut tanpa kesal dan bosan. Setiap kali umatnya menentang, maka beliau merubah caranya dalam berdakwah. Bagaimanapun keadaannya, beliau amat belas kasihan kepada umatnya dan takut jika mereka tertimpa adzab Allah yang sangat pedih. Beliau sangat penyantun dan lapang dadanya dan sungguh telah menjadi teladan dalam kesungguhan dan telah berada dalam puncak kesabaran.
Allah mengabadikannya dalam al-Qur’an:
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًافَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلا فِرَارًاوَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًاثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًاثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.” (Nuh: 5-9)
Kesabaran Nuh bukan hanya dalam menghadapi kaumnya, juga kala menghadapi keluarganya. Inilah fitnah dan cobaan yang hanya dihadapi oleh orang-orang yang bersabar.
Seorang da’i terkadang diberikan ujian dan cobaan dengan sikap kaum dan teman-temannya, akan tetapi ketika dia kembali kepada keluarganya, maka ia mendapatkan ketenangan dan penyejuk hati. Adapun Nuh, beliau dicoba dengan sikap kaumnya dan keluarganya sekaligus. Allah berfirman:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (at-Tahrim: 10)
Bukan hanya isterinya yang menjadi musibah dalam keluarga Nuh, akan tetapi anaknya pun menolak Islam dan membantah ayahnya sehingga masuk ke dalam golongan kafir. Nuh berusaha keras menyelamatkan anaknya, akan tetapi harapan tinggal harapan, Allah berfirman:
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Huud: 42-43)
Nuh telah dicoba dan bersabar, ia berdo’a kepada Allah dan mendapatkan kemenangan, Allah pun memberikan kebaikan sebagai ganti atas apa yang diambil darinya. Allah menggantinya dengan memberikan anak cucu yang melanjutkan keturunan.
وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ
“Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” (ash-Shaffat: 77)
Serba-Serbi Sabar
Sabar yang banyak diperintahkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah ini meliputi 3 keadaan:
1. Sabar dalam menahan jiwa dalam ketaatan dan senantiasa menjaganya, memupuknya dengan keikhlasan dan menghiasinya dengan keilmuan. Di sini tetap berlaku seperti halnya ibadah yang lain, yaitu perlunya keikhlasan karena Allah dan perlunya ilmu agar kesabaran kita benar adanya.
2. Sabar dengan menahan diri dari segala kemaksiatan dan berdiri tegak melawan hawa nafsu.
3. Ridha dengan qadha dan qadar Allah tanpa mengeluh. Adapun mengeluh berupa mengadukan kepada Allah maka tidak mengapa, seperti ucapan Nabi Ya’qub ‘alahis salam,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Yakub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (Yusuf: 86)
atau Nabi Ayyub ‘alahis salam,
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (al-Anbiyaa’: 83)
Dengan sabar maka akan diketahui siapakah yang berada dalam barisan kaum mukminin dan membersihkan mereka dari orang-orang yang bisa melemahkan barisan mereka. Kita ingat kisah kemenangan pasukan Thalut melawan Jalut,
“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 249)
Beberapa medan kesabaran adalah sabar dalam menghadapi bencana dunia, dalam menghadapi hawa nafsu, dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, dalam berdakwah, dalam kesempitan, dalam menghadapi anak-anak & isteri, dalam menghadapi saudara seagama dan sabar dalam menuntut ilmu.
Sabar mencakup segenap akhlak islami. Sifat ‘iffah (menjaga kehormatan) adalah sabar dalam menahan syahwat perut dan kemaluan. Syaja’ah (keberanian) adalah bersabar di medan tempur. Al-hilm (santun) adalah bersabar dalam menghadapi sikap membalas ketika marah. Lapang dada adalah bersabar dalam menghadapi rasa kesal. Qana’ah adalah bersabar dengan merasa cukup dengan yang ada. Kitman (menjaga rahasia) adalah bersabar dalam menyembunyikan satu urusan. Zuhud adalah bersabar dengan meninggalkan kelebihan dalam hidup.
Demikianlah bahwa pohon akhlak Islam itu digiring oleh sabar, karena itulah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam ditanya tentang iman, beliau menjawab, “Toleransi dan kesabaran.” (Hadits hasan dikeluarkan oleh al-Hakim III/626, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah III/357 dan Syaikh Salim bin Ied al-Hilali menghasankan hadits ini)
Sabar memiliki beberapa syarat:
1. Ikhlas
2. Tidak mengeluh
3. Sabar pada waktunya terjadi musibah dan inilah sabar yang terpuji lagi berpahala.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi sebuah kuburan. Beliaupun berkata: “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu menjawab dalam keadaan ia belum mengenali siapa yang menasehatinya: “Biarkan aku karena engkau tidak ditimpa musibah seperti musibahku” Selanjutnya dikabarkan kepadanya, “Yang menasehatimu adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam.” Wanita itu (terkejut) bergegas mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam dan tidak didapatkannya penjaga pintu di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah aku tadi tidak mengenalimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Hanyalah kesabaran itu pada goncangan yang pertama.” (HR. al-Bukhari III/148, al-Fath dan Muslim VI/277-288 an-Nawawi)
Semoga Allah selalu menolong kita untuk bisa bersabar dalam setiap keadaan.

MANFAAT SALING MEMAAFKAN


Assalamu ‘alaikum
Bottom of FormMHai, sobat  yang dirahmati Allah. Perlu diketahui bahwa, memaafkan adalah sebuah proses perdamaian dengan diri sendiri. Diawali dengan pengakuan akan adanya rasa sakit, seseorang yang memberi maaf justru akan merasa lebih rileks untuk menerima kondisinya. Dengan kondisi mental yang lebih rileks, seseorang juga akan terhindar dari risiko penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang. Risiko tersebut umumnya dihadapi oleh para pendendam yang membutuhkan jalan pintas untuk lepas dari beban emosi negatifnya.
M

Di dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, “…menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa rasa benci, dendam dan permusuhan dapat memicu tekanan darah tinggi. Sebaliknya, memaafkan bisa meredakan stres dan menjaga jantung tetap sehat. Stres akan muncul ketika batin seseorang terganjal oleh rasa kecewa atau tersakiti. Melupakan dan menganggap benar sebuah kesalahan yang menyebabkan rasa sakit tersebut tidak selalu bisa mengatasinya, kadang-kadang justru menambah beban di hati.
Tekanan darah, denyut jantung dan kontraksi otot biasanya meningkat ketika seseorang terlibat konflik, sehingga risiko serangan jantung dan stroke menjadi lebih tinggi. Gejala tersebut akan mereda ketika konflik berakhir, atau akan lebih cepat jika kedua pihak yang berkonflik saling bermaafan.
Sehingga,  mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.
Sedangkan untuk bisa memaafkan, seseorang yang pernah merasa tersakiti akan melewati 4 tahap berikut ini.
1.      Mengakui dengan jujur adanya rasa sakit hati atau kemarahan di dalam dirinya, sebagai akibat dari kesalahan orang lain.
2.      Memahami bahwa situasi tersebut tidak baik untuk dirinya, sehingga harus diubah.
3.      Menemukan cara baru untuk menyikapi orang lain yang telah membuatnya marah atau sakit hati.
4.      Memahami bahwa orang itu butuh dimaafkan, sebagaimana dirinya juga ingin dimaafkan jika berbuat salah.
Namun jika ada seseorang yang sulit untuk memaafkan, kesalahan mungkin ada pada cara menyampaikan permintaan maaf. Menurut sebuah penelitian di University of  Valencia, permintaan maaf lebih efektif jika disampaikan melalui telinga kanan.
Sensor pendengaran di sebelah kanan terhubung dengan belahan otak kiri, bagian yang berhubungan dengan logika. Menurut peneliti, hal itu akan menyebabkan permintaan maaf ditangkap dan diproses dengan lebih rasional.
Lalu,  apa yang dimaksud dengan kemarahan itu? Baiklah,  kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan -sebagaimana segala sesuatu lainnya - haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

So..
Jadi mulai sekarang kita harus saling memaafkan demi kesehatan kita juga..
Jangan pas lebaran aja ya.

 Wasslam...
Created by : Hikma J

VALENTINE DALAM ISLAM



Bagaimana hukumnya merayakan valentin dalam islam
2.      Bolehkah kita memberi coklat saat hari valentin? Apabila kita diberi coklat pada saat valentin. Apakah kita boleh menerima atau tidak?
3.      Bagaimana sikap kita bila tidak dianggap gaul karena tidak merayakan valentin?
4.      Apa saja sisi positif  dan negatif valentin terhadap umat muslimin?

JAWABAN NO.1
Sebelumnya kita kembali mengingat kembali tentang apa itu valentine, dan bagaimana hukum merayakan valentine bagi kaum muslimin.
Sejarah Valentine Days.
Nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda.
Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Santo atau Orang Suci yang di maksud yaitu :
§  Pastur di Roma
§  Uskup Interamna (modern Terni)
§  Martir di provinsi Romawi Afrika.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya Valentine Days ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Hukum Merayakan Valentine Dalam Islam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, ” Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ” (HR. At-Tirmidzi) .
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ” Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM “.
Mengapa ? karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata’ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh.
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan, ” Merayakan Hari Valentine itu tidak boleh ”, karena alasan berikut :
Pertama : Ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua : Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah meridhai mereka-.
Contoh kasus : ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku!! Ini adalah suatu kelalaian, mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah subhanahu wata’ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.
Di dalam ayat lainnya, artinya, ” Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22).

Jadi, kesimpulan dari hukum Perayaan Valentine adalah sebagai berikut :
Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.
Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam.
Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam memperingati hari Valentine’s tersebut.

dari uraian diatas kita telah ketahui bersamam bahwa perayaan valentine tidak ada dalam dalam ajaran islam…ikut merayakannya termasuk bid’ah dan itu haram karena meniru perilaku orang kafir
JAWABAN NO. 2
Pertama, Pada dasarnya boleh menerima hadiah dari orang kafir untuk melunakkan hatinya dan mengajaknya masuk Islam. Sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menerima hadiah dari sebagian orang kafir seperti dari Muqauqis dan selainnya.
Imam al-Bukhari membuat bab dalam Shahihnya, "Bab Menerima Hadiah Dari Orang-Orang Musyrik". Beliaurahimahullah berkata, Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: Ibrahim 'Alaihis salamberhijrah dengan Sarah lalu masuk ke dalam satu desa yang di dalamnya ada seorang raja atau penguasa lalim, lalu sang raja berkata, ‘Berikan dia (Sarah) hadiah’. Dihadiahkan kepada NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam seekor daging kambing yang sudah dibubuhi racun. Abu Humaid berkata: Raja Ailah (Palestina) memberi hadiah seekor keledai baghal putih kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan Beliau (membalas) dengan memakaikan burdah kepada raja itu serta menetapkan baginya untuk tetap berkuasa atas negerinya."
Kedua, seorang muslim boleh memberi hadiah kepada orang kafir atau musyrik dengan tujuan untuk menta'lif (melunakkan) hatinya dan menarik minatnya masuk Islam. Terlebih jika ia masih kerabat atau tetangga. Umar bin Khathab pernah memberikan hadiah sebuah baju kepada saudaranya yang musyrik semasa di Makkah." (HR. Al-Bukhari, no. 2619)
Tetapi tidak boleh memberikan hadiah kepada orang kafir pada salah satu dari hari besar mereka, karena hal itu terhitung sebagai bentuk pengakuan dan kerja sama (ikut serta) dalam perayaan hari besar yang batil. Dan apabila hadiah itu berupa sesuatu yang digunakan untuk perayaan seperti makanan, lilin, dan semisalnya maka keharamannya tentu lebih besar. Sehingga sebagian ulama menghukuminya sebagai perbuatan kufur.
Imam Zaila'i al-Hanafi berkata dalam Tabyin al-Haqaiq (6/228): "Dan memberi (hadiah) dengan nama Nairuz dan Festifalnya itu tidak boleh. Maksudnya: hadiah-hadiah
Abu Hafs al-Kabir rahimahullah berkata: 'Kalau ada seseorang beribadah kepada Allah 50 tahun, lalu ia datang pada perayaan hari Nairuz dan memberikan hadiah satu telur kepada sebagian orang musyrik dengan tujuan mengagungkan hari tersebut, maka sungguh ia telah kafir dan terhapus semua amalnya.'
Pengarang al-Jami' al-Asghar berkata: 'Jika seorang muslim memberikan hadiah kepada muslim lainnya pada hari Nairuz, bukan berniat mengagungkan hari tersebut, tetapi sebatas kebiasaan pada sebagian masyarakat, maka ia tidak kafir. Tetapi selayaknya ia tidak melakukannya dengan menghususkan hari tersebut. Ia melakukannya sehari sebelumnya atau sesudahnya supaya tidak menyerupai (tradisi) kaum tersebut. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda: 'Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka.'
Ia berkata lagi dalam al-Jami' al-Asghar: Ada seorang laki-laki membeli sesuatu pada hari Nairuz yang tak pernah membelinya sebelum itu. Maka jika ia bertujuan mengagungkan hari tersebut sebagaimana kaum musyrikin mengagungkannya, ia telah kafir. Jika ia berniat sebatas untuk makan, minum, dan bersenang-senang dengannya maka ia tidak kafir.)" selesai.
Disebutkan dalam kitab Mazhab Maliki, al-Taj wa al-Iklil (4/319): Ibnul Qasim tidak menyukai memberikan hadiah kepada orang Nashrani pada hari rayanya sebagai bentuk balas budi, dan yang semisalnya adalah memberikan hadiah daun kurma kepada orang Yahudi karena hari rayanya." Selesai.
Disebutkan lagi dalam al-Iqna' (kitab mazhab Hambali): "Dan diharamkan menyaksikan/menghadiri hari raya Yahudi dan Nashrani dan berjualan kebutuhan mereka di dalamnya serta memberikan hadiah kepada mereka karena hari rayanya." Selesai.
Bahkan seorang muslim tidak dibolehkan memberika hadiah kepada muslim lainnya karena hari raya tersebut, sebagaimana yang telah disebutkan dalam pendapat ulama Hanafi.
Ketiga, adapun menerima hadiah dari orang kafir pada hari rayanya, maka tidak apa-apa. Itu tidak terkategori ikut serta dan mengakui perayaan tersebut. Tapi diterima atas dasar berbuat baik, melunakkan hatinya dan mendakwahinya untuk masuk Islam. Allah Ta'ala membolehkan berbuat baik dan adil terhadap orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin daam firman-Nya,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada  emerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Tetapi berbuat baik dan adil tidak berarti berkasih sayang dan mencintai. Karena tidak boleh mencintai dan berkasih sayang dengan orang kafir serta tidak menjadikannya sahabat dan teman dekat. Allah Ta'ala berfirman,
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (QS. Al-Mujadilah: 22)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. . . ." (QS. Al-Mumtahanah: 1)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS. Ali Imran: 118)
Allah 'Azza wa Jalla  berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS. Al Maidah: 51)
وَلا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لا تُنْصَرُونَ
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan." (QS. Hudd: 113) dan masih banyak lagi dalil-dalil lain yang mengharamkan berkasih saying dan berkawan karib dengan orang kafir sebagai.
Syaikhul Islam al-Harrani berkata, "Adapun menerima hadiah dari mereka pada hari raya mereka maka telah kami jelaskan riwayat dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu, dibawakan hadiah Nairuz (tahun baru Persia) kepadanya, lalu ia menerimanya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, ada seorang wanita yang meminta kepada Aisyah. Ia berkata, "Pada kami ada wanita-wanita yang menyusui dari kalangan Majusi, mereka memiliki hari raya, lalu mereka memberikan hadiah kepada kami. Maka Aisyah menjawab: Adapun yang dsiembelih untuk acara hari tersebut maka janganlah kalian memakannya. Tetapi makanlah dari hasil tanaman mereka."
Dari Abu Barzah, ia memiliki tetangga orang-orang Majusi, mereka memberikan hadiah kepadanya pada hari Nairuz dan festifal mereka. Kemudian ia berkata kepada keluarganya: 'Jika berbentuk buah-buahan, maka makanlah. Dan yang selain itu maka jangan kalian memakannya.'
Semua ini menunjukkan tidak apa-apa menerima hadiah dari orang-orang kafir pada hari raya mereka yang tidak memiliki pengaruh terhadap perayaan hari raya mereka. Bahkan pada dasarnya, menerima hadiah dari mereka sama saja, baik pada saat hari raya mereka atau bukan, karena dalam menerima hadiah tidak ada unsur menolong mereka atas kemeriahan syiar-syiar kekafiran mereka. Hanya saja Ibnu Taimiyah memperingatkan, sembelihan ahli kitab pada dasarnya halal, kecuali apa yang mereka sembelih untuk perayaan hari rayanya, maka tidak boleh memakanya. Beliau berkata, "Sesungguhnya boleh memakan makanan ahli kita pada hari raya mereka, baik dengan jual-beli, hadiah, atau lainnya selain yang mereka sembelih untuk hari raya." (al-Iqtidha': 1/251)
Kemudian beliau menyebutkan riwayat dari Imam Ahmad yang berpendapat, tidak halal memakannya walau tidak disebut nama selain Allah Ta'ala atasnya. Beliau rahimahullah juga menguatkan kesimpulannya tersebut pada riwayat yang berasal dari Aisyah dan Abdullah bin Umar.
Pada ringkasnya, boleh menerima hadiah dari tetangga yang nashrani pada hari raya mereka dengan beberapa syarat:
Pertama, hadiah ini tidak berupa sembelihan (daging hewan) yang disembelih untuk merayakan hari raya tersebut.
Kedua, hadiah tersebut tidak termasuk yang digunakan untuk bertasyabbuh pada hari raya mereka, seperti lilin, pakain sinterklaus, trompet, dan asesoris natal lainnya.
Ketiga, hendaknya dijelaskan kepada anggota keluarga muslim hakikat aqidah al-wala' dan bara' sehingga tidak tertanam rasa cinta terhadap hari raya ini atau berharap hadiah dari orang Kristen saat natal.
Keempat, dalam menerima hadiah harus diniatkan untuk melunakkan hatinya dan membuat ia tertarik kepada Islam, bukan karena cinta dan sayang kepada mereka.
Kelima, dalam menolak hadiah yang tidak boleh diterima harus disertakan penjelasan sebab menolaknya. Seperti disampaikan, kami menolak hadiah Anda karena itu berupa sembelihan yang dipotong untuk perayaan Natal, dan ini tidak halal bagi kami. Atau dengan mengatakan, yang berhak menerima ini adalah orang yang ikut dalam perayaan, sedangkan kami tidak merayakan hari raya ini, ini tidak diperintahkan dalam agama kami, ini bersinggungan dengan masalah keyakinan yang tidak dibenarkan dalam agama kami dan semisalnya yang bisa menjadikan masukan kepadanya sebagai bagian dakwah kepada Islam. Dan seorang muslim wajib berbangga dan merasa mulia dengan agamanya, menerapkan ajarannya, tidak boleh malu menyampaikan kebenaran agamanya atau berpura-pura menganggap baik agama selainnya. Karena, kepada Allah Ta'ala seharunya kaum muslimin itu malu. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Jadi intinya, boleh atau tidak…boleh tapi dengan catatan2 tadi…dan jika pun mau menolak pun ..tidak masalah..dengan penjelasan2 untuk sahabat kita..agar tidak menyinggung perasaannya .
JAWABAN NO.3
Kembali kepada al qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup qta untuk selamat di dunia dan diakhirat. Terkadang baik dihadapan Alloh belum tentu baik dihadapan manusia(tapi insyaalloh baik dihadapan Alloh dipandang baik bagi mereka manusia yang hatinya hidup). Tidak ikut merayakan valentin …juga masih gaul kuq…hehehe..siapa bilang ugak gaul??? Hehehe….mau makan coklat gratis bisa kapan aja..nggak harus mesti pas tanggal 14 februari..
“Sesungguhnya orang yg paling mulia diantaramu pada pandangan Allah ialah orang yg paling bertakwa.” .
Rajin melakukan ketaatan krn dgn melakukan ketaatan semata-mata mencari ridha Allah ini akan dapat membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran dan kehinaan-kehinaan bahkan akan meningkat ke derajat yg lbh tinggi. “Barangsiapa yg melakukan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia beriman maka benar-benar Kami akan memberinya kehidupan yg baik..”.

JAWABAN NO.4
Sisi positif nya hmmh kayake ga ada….selain Cuma dianggap “anak gaul” aja hehehe
Sisi negatifnya:
-menghambur- hamburkan uang untuk hal yang gak jelas, tahu sendiri kan orang yang boros temannya???hmmh siapa hayo;)
- tidak ada ajaran dalam islam…dan itu tasyabuh, meniru orang kafir…dan barang siapa meniru ajaran suatu kaum…maka termasuk bagian dari kaum tersebut.
-perayaannya sering ada khalwat..di kota2 besar selalu di dalamnya ada minuman keras,hmmh ga positif banget..


Jadi sebaiknya remaja muslim yang smart..ga usah ikut2an…apalagi asal ngikut tanpa ilmunya…padahal semua apa yang kita kerjakan akan kelak kita pertanggungjawabkan dihadapan Alloh..

“SPECIAL MONTH”


PREPARING THE RAMADHAN

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
            Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan, bulan yang penuh berkah dari berbagai sisi kebaikan. Sebab itu, umat Islam hendaklah mengambil keberkahan Ramadhan dari berbagai aktifitas positip dan bisa memajukan Islam dan pemeluk Islam. Namun demikian semua kegiatan yang positip itu tidak harus mengganggu kekhusyu’an dalam ibadah ramadhan terutama di sepuluh hari terakhir puasa bulan Ramadhan. Rasulullah SAW  menjadikan bulan puasa ramadhan sebagai bulan yang penuh aktivitas dan amaliah positif.

    Dari Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
    (( أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرُ بَرَكَةٍ، يَغْشَاكُم الله فِيْهِ، فَيُنَزِّلُ الرَّحْمَةَ، وَيَحُطُّ الخَطَايَا، وَيَسْتَجِيْبُ فِيْهِ الدُّعَاءَ، يَنْظُرُ الله إِلَى تَنَافُسِكُمْ فِيْهِ، وَيُبَاهِي بِكُمْ مَلاَئِكَتَهُ، فَأَرُوْا الله مِنْ أَنْفُسِكُمْ خَيْرًا، فَإِنَّ الشَّقِيَّ مَنْ حُرِمَ فِيْهِ رَحْمَةَ الله )) رواه الطبراني ورواته ثقات.
    “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, mengahapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan Dia membangga-banggakanmu kepada malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang-orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini.” (H.R. Ath Thabrani, dan periwayatnya tsiqah).

            Sahabat-sahabat kharisma yang di rahmati Allah , Ramadhan adalah nikmat yang besar bagi orang-orang yang mendapatinya dan menunaikan haknya. Yaitu, dengan kembali kepada Rabbi-nya dari kemaksiatan menuju ketaatan kepadaNya, dari kelalaian menuju Ingat kepada- Nya, dan dari jauhnya diri menuju taubat kepada-Nya.

Berikut ini  Tips Persiapan Bulan Ramadhan :

Pertama, I'dad Ruhi Imani, yakni persiapan ruh keimanan.
Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, dalam surah At-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzhaliman sejak bulan Rajab. Tapi bukan berarti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Rajab kadar keimanan kita sudah meningkat / masa pemanasan (warming up).
Kedua, adalah I'dad Jasadi, yakni persiapan fisik.
Kita memerlukan fisik yang lebih prima dari biasanya. Sebab, jika fisik lemah, bisa-bisa kemuliaan yang dilimpahkan Allah pada bulan Ramadhan tidak dapat kita raih secara optimal. Misalnya membiasakan diri melatih fisik dan mental dengan melakukan puasa sunnah, membaca al-Qur'an, biasa bangun malam (qiyamul-lail), dll.
Ketiga, adalah I'dad Maliyah, yakni persiapan harta.
Jangan salah faham, persiapan harta bukan untuk membeli keperluan buka puasa atau hidangan lebaran sebagaimana tradisi kita selama ini. Memersiapkan harta adalah untuk melipatgandakan sedekah, karena Ramadhanpun merupakan bulan memperbanyak sedekah. Pahala bersedekah pada bulan ini berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan biasa.
Keempat, adalah I'dad Fikri wa Ilmi, yakni persiapan intelektual dan keilmuan.
Agar ibadah Ramadhan bisa optimal, diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Misalnya dengan membaca buku dan menghadiri majelis ilmu tentang Ramadhan. Kegiatan ini berguna untuk mengarahkan kita agar beribadah sesuai tuntunan Rasulullah SAW, selama Ramadhan.

Nasihat Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan
1.   Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya.
2.   Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin .
3.   Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.
4.   Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.
5.   Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu.
6.   Barangsiapa  memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan Ramadhan , maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.
7.   Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya.
8.   Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakan-Nya.
9.   Barangsiapa memutuskan tali persaudaraan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya.
10. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.
11. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang lain.
12.Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada bulan-bulan yang lain.
13. Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu.
14.Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbimu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.
15. Amal yang paling utama dibulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.
            Sahabat-sahabat kharisma yang di rahmati Allah , ini adalah lima perkara yang Allah persiapkan untuk kalian. Dengan lima perkara tersebut, kalian mendapat kekhususan dari Allah di antara ummat-ummat lainnya. Sebagaimana firman-Nya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS Al-Imran [3] : 110)
Perkara Pertama
Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum daripada harumnya minyak kesturi di sisi Allah. Perubahan bau mulut ketika lambung kosong dari makanan. Bau ini dibenci manusia, namun lebih wangi daripada minyak kesturi di sisi Allah sebab ia terlahir dari ketaatan kepada-Nya.
Perkara Kedua
Para Malaikat akan beristighfar untuk orang-orang yang mengerjakan ibadah puasa hingga mereka berbuka.
Perkara Ketiga
Allah memperindah Surga setiap hari sebagai persiapan untuk para hamba-Nya yang shalih dan dalam rangka memotivasi mereka untuk memasukinya.
Perkara Keempat
Syetan-syetan pembangkang diikat dengan rantai dan belenggu sehingga mereka tidak bisa menyesatkan hamba-hamba Allah yang shalih dari kebenaran dan tidak dapat mencegah mereka dari kebaikan. Ini adalah salah satu bentuk pertolongan Allah kepada para hamba-Nya.
Perkara Kelima
Allah mengampuni ummat Nabi Muhammad SAW pada setiap akhir malam bulan ramadhan. Jika mereka melaksanakan apa yang seharusnya dikerjakan pada bulan yang mulia ini, berupa puasa dan shalat, maka Allah akan memberikan karunia dengan menyempurnakan pahala mereka ketika telah selesai mengerjakan amal-amal mereka. Sesungguhnya orang yang beramal akan disempurnakan pahala amalnya setelah selesai mengerjakannya. Allah memberikan karunia kepada para hamba-Nya dengan pahala dari tiga sisi:
Pertama: Allah mensyariatkan amal-amal shalih kepada mereka sebagai sebab terampuninya dosa dan terangkatnya derajat mereka.
Kedua: Mereka diberi taufiq oleh Allah untuk mengerjakan amal shalih yang telah ditinggalkan kebayakan manusia.
Ketiga: Allah memberi karunia dengan pahala yang melimpah. Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan jauh lebih banyak daripada itu. Karunia berupa amal dan pahala berasal dari Allah semata, segala puji bagi-Nya. Dialah pemilik, pemelihara dan penggatur alam semesta.

Tiada Cinta seindah cinta Ilahi…
Tiada rndu sedlm rindu Rasulullah…
tiada suara semerdu Dzikir…
tiada hari sesuci Ramadhan..
MHn dibuka Pintu maaf
MARHABAN YA RAMADHAN